Sawah Terasering Jatiluwih adalah mahakarya alam dan budaya yang terletak di kaki Gunung Batukaru, Bali. Dengan hamparan sawah berundak yang membentang luas, tempat ini menghadirkan pemandangan spektakuler yang berpadu dengan ketenangan alam pegunungan.
Terasering ini bukan hanya indah secara visual, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali melalui sistem pengairan tradisional Subak, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Jatiluwih menjadi destinasi sempurna bagi siapa saja yang ingin menyelami kedamaian Bali yang otentik, jauh dari keramaian kawasan wisata mainstream.
Lokasi Sawah Terasering Jatiluwih
Terletak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, kawasan ini berada di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Jatiluwih berjarak sekitar 50 km dari Denpasar dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 hingga 2 jam perjalanan melalui jalanan yang berkelok namun penuh pemandangan indah.
Lokasi : Google Maps
Daya Tarik Utama

- Warisan Dunia UNESCO
Jatiluwih bukan sekadar sawah biasa. Kawasan ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak 2012 sebagai bagian dari sistem pengairan tradisional Bali yang disebut Subak. Subak adalah filosofi lokal tentang keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas (Tri Hita Karana).
- Panorama Alam yang Memukau
Pemandangan sawah terasering yang berundak-undak mengikuti kontur pegunungan menghadirkan lanskap yang luar biasa memesona. Saat matahari terbit atau menjelang senja, cahaya keemasan menyinari dedaunan padi dan menciptakan suasana magis yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
- Jalur Trekking & Sepeda
Jatiluwih menyediakan jalur trekking dan sepeda yang tertata baik. Pengunjung bisa berjalan kaki atau bersepeda menyusuri pematang sawah, melewati aliran air kecil, pohon kelapa, dan rumah-rumah penduduk yang masih mempertahankan keasrian Bali tempo dulu.
- Wisata Edukasi & Budaya
Pengunjung juga bisa belajar bagaimana sistem Subak bekerja, berinteraksi dengan petani lokal, atau bahkan ikut menanam padi. Tersedia juga kafe dan restoran lokal yang menyajikan hidangan tradisional Bali sambil menikmati panorama hijau yang menyegarkan mata.
Jam Buka
Setiap hari:
Pukul 08.00 – 18.00 WITA
Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari (sebelum jam 10.00) atau sore hari (sekitar pukul 16.00), saat cuaca lebih sejuk dan cahaya matahari menciptakan warna-warna dramatis di hamparan sawah.
Tiket Masuk
- Wisatawan Lokal: Rp 15.000
- Wisatawan Mancanegara: Rp 40.000
Harga bisa berubah sewaktu-waktu, namun dana ini digunakan untuk pelestarian kawasan dan dukungan terhadap komunitas lokal.
Cara Menuju Sawah Terasering Jatiluwih

Dari Denpasar atau Kuta:
Menggunakan mobil pribadi atau sewa: sekitar 1,5–2 jam perjalanan.Ikuti jalur Denpasar – Mengwi – Tabanan – Penebel – Jatiluwih.
Dari Ubud:
Perjalanan sekitar 1,5 jam melalui Payangan – Petang – Wongaya Gede – Jatiluwih.
Disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa motor/mobil dengan sopir karena akses transportasi umum ke kawasan ini masih terbatas.
Wisata Terdekat yang Bisa Dikunjungi
- Pura Luhur Batukaru – Pura suci di lereng Gunung Batukaru, hanya 20 menit dari Jatiluwih.
- Air Terjun Blahmantung – Air terjun tersembunyi yang memukau di wilayah Pupuan.
- Kebun Raya Bali (Bedugul) – Taman botani terbesar di Indonesia, sekitar 30–40 menit dari Jatiluwih.
- Danau Beratan & Pura Ulun Danu – Danau dan pura ikonik di Bedugul yang terkenal dengan keindahan alam dan spiritualitasnya.
Baca Juga : https://kabarwisatabali.com/air-terjun-tegenungan/
Kesimpulan
Sawah Terasering Jatiluwih bukan hanya tempat wisata, tetapi juga cermin dari harmoni antara manusia dan alam. Di tengah dunia yang serba cepat dan bising, Jatiluwih menawarkan ketenangan, keindahan, dan pelajaran berharga tentang hidup selaras dengan alam.











